Kamis, 08 Desember 2016

about me

J



Nama saya ianita perangin angin. Lahir di Secanggang, 15 april 1998 dari seorang wanita bernama Rohani , ayah saya Edi S.  Perangin angin. 
Sya besar di. Stabat, kab. Langkat bersama kedua orang tua dan b dua adik saya.. 
Saya awalnya masuk mendaftar SNMPTN,  tapi gagal.  Lalu saya tidak menyerah untuk mendaftar kuliah,  lalu saya mendaftar SBMPTN dan mengikuti ujian di Medan.  Yang saya tidak tau tempat ujiannya.. 
Dan saat tanggal diumumkan hasil SBMPTN itu,  saya tidak dapat membuka situsnya karena eror,  lalu siangnya saya mengetahui bahwa saya diterima di USU jurusan PSIKOLOGI,  saya sangat bersyukur,orang tua saya menangis, dan dilguru saya sangat senang,  karena saya siswa pertama yg diterima di fakultas psikologi USU. 
Dan psikologi adalah jurusan yang saya inginkan.. 

Kamis, 24 November 2016

memaafkan dan kesempatan kedua

 Memaafkan adalah merelakan atau mengikhlaskan suatu perbuatan yang tidak disenangi yang dilakukan orang lain terhadap kita.maka 
dengan mengikhlaskan atasnya. Sederhananya; kita punya hak untuk melakukan ‘pembalasan’, tetapi tidak kita pergunakan.
Lantas, apakah memaafkan identik dengan memberikan kesempatan kedua, atau bahkan berterusan?
Ini jelas dua hal yang berlainan. Memaafkan itu ibarat kunci pembuka pintu di sudut hati yang tertutup rapat karna ulah sakit hati. Maka ini boleh jadi benar; fungsinya hanya membukakan pintu biar tidak senyap dan sunyi. Sedangkan memberi kesempatan untuk kesekian-sekian adalah mempersilahkan sesuatu yang telah berbuat tidak menyenangkan untuk lewat pintu hati tadi, lantas lagi-lagi bersinggungan.
Memberi kesempatan kedua tentu lebih membawa beban ketimbang memaafkan. Memberi kesempatan lagi jelas memaksa diri untuk mempercayai kembali seseorang yang telah menyakiti. Dan itu sulit, bukan? Terlebih hati setiap orang tidak sama. Ada yang mudah memberi kesempatan kedua, ketiga,
bahkan lebih darinya. Namun di sisi lain ada orang yang sukar melakukannya.
Sebenarnya, memberi maaf pun sudah luar biasa.
Namun, coba kita cermati; ternyata Allah berulang-ulang memberi kesempatan berupa perubahan bagi setiap orang. Kesempatan agar manusia memperbaiki diri tidak hanya satu kali, tetapi berkali-kali.
Lantas kita? Sesosok makhluk yang begitu banyak dosa? Dengan angkuhnya tidak mau memberikan kesempatan kedua? Ehm, dan lagi-lagi kita cuma manusia biasa.
Satu hal lagi, kita tidak tahu masa depan, bukan? Andai di hari ini kita mampu memberi kesempatan kedua bagi seorang manusia maka boleh jadi di suatu hari yang tidak kita duga akan ada yang memberikan kesempatan kedua disaat kita membutuhkannya.
Ya, karna setiap orang berhak mendapat kesempatan kedua agar lebih baik dari sebelumnya.
Agama mengajarkan memberi maaf itu keindahan, juga kedewasaan. Dan ini hanya pilihan;
memaafkan lantas mempercayainya lagi atau tidak mempercayainya lagi, meski sudah dimaafkan.