Minggu, 02 Juli 2017

Resume Pedagogi dan Andragogi

PEDAGOGI DAN ANDRAGOGI

Aspek Fundamental
      Andragogi adalah teori belajar yang dikembangkan untuk kebutuhan khusus orang dewasa. sedangkan Pedagogo adalah belajar di masa kanak-kanak, orang dewasa yang mandiri dan mengharapkan untuk mengambil tanggung jawab atas keputusannya sendiri. Program pembelajaran orang dewasa harus mengakomodasi aspek fundamental, berbeda dengan pembelajaran bagi anak-anak.

Perbedaan Andragogi dan Pedagogi (Malcolms S. Knowles):

AndragogiPembelajar disebut "peserta didik" atau "warga belajar"Gaya belajar independenTujuan fleksibelDiasumsikan bahwa peserta didik memilikinpengalaman untuk berkontribusiMenggunakan metode pelatihan aktifBelajar terpusat pada masalah kehidupan nyataPeserta dianggap sebagai sumber daya utama untuk ide-ide dan contoh.

      2. Pedagogi

Pembelajar disebut "siswa" atau "anak didik"Gaya belajar dependenTujuan belajar ditentukan sebelumnyaDiasumsikan bahwa siswa tidak berpengalaman atau kurang informasiMetode pelatihan pasif,seperti metode kuliah atau ceramahBelajar berpusat pada isi atau pengetahuan teoritisGuru sebagai sumber utama yang memberikan ide-ide dan contoh

      Malcom S. Knowles menyajikan asumsi dan proses pedagogi untuk dibedakan dengan andragogi, yaitu:

Asumsi PedagogiKonsep diri ➜ ketergantunganPengalaman ➜ Berharga kecilKesiapan ➜ Tugas perkembangan, tekanan asosiasiPerspektif waktu ➜ Aplikasi ditundaOrientasi untuk belajar ➜ Berpusat pada substansi mata pelajaranIklim belajar ➜ Berorientasi  otoritas, resmi, dan kompetatifPerencanaan ➜ Oleh guruPerumusan tujuan ➜ Oleh guruDesain ➜ Logka materi pelajaran, unit kontenKegiatan ➜ Teknik pelayananEvaluasi ➜ Oleh guru

      2. Asumsi Andragogi

Peningkatan arah diri atau kemandirianPelajar merupakan sumber daya yang kaya untuk belajarTugas perkembangan, peran sosialKecepatan aplikasiBerpusat pada masalahMutualitas/pemberian pertolongan, rasa hormat, kolaborasi, dan informalReksa (mutual) diagnosis diriReksa negosiasiDiurutkan dalam hal kesiapan unit masalahTeknik pengalamanReksa diagnosis dan reksa program pengukuran

Karakteristik Pembelajar Dewasa

Pelajar dewasa biasanya memiliki pengalaman sebelumnya, baik yang positif maupun negatifPelajar dewasa ingin segera mengambil manfaat dari hasil belajarnyaPelajar dewasa memiliki konsep diri secara satu arahPelajar dewasa memiliki ketakutan dan keraguan yang luas bagi proses pendidikanGaya pelajar dewasa biasanya bisa diaturPelajar dewasa memiliki "tujuan yang deawas"Masalah pelajar deawasa yang berbeda dari masalah anak-anakMinat pendidikan pembelajar deawasa biasanya mencerminkan dimensi kejuruanNilai-nilai dari pelajar dewasa sebagaiorang deawasa lbih banyak daripada nilai-nilai program

Motivasi Pelajar Deawasa

Hubungan sosial, untuk memperoleh teman-teman baru bagi pemenuhan kebtuhan untuk asosiasi dan persahabatan.Harapan eksternal, untuk mematuhi petunjuk dari orang lain dan memenuhi harapan atau rekomendasi dari seseorang yang memiliki otoritas formal.Kemajuan pribadi, untuk mencapai status yang lebih tinggidalam pekerjaan, kemajuan rofesional yang aman, dan tetap sejajar dengan pesaing.Stimulasi, untuk menghilangkan kebosanan, memberikan istirahat di rumah dari rutinitas pekerjaan, dan mereduksi tekanan kehidupan yang cenderung rewel.

Layanan Pembelajaran di Kelas

Lingkungan belajar harus nyaman secara fisik dan psikologis dan waktu istirahat yang cukup.Penghargaan atas harga diri dan ego untuk mencoba perilaku baru di depan teman-teman dan pengikutnya.Orang dewasa membawa banyak pengalaman hidup ke dalam kelas dan orang deawasa dapat belajar banyak dengan baik melalui dialog dengan rekan-rekan yang di hormati.Pengetahuan baru harus diintegrasikan dengan pengetahuan sebelumnya, warga belajar harus berpartisipasi secara aktif dalam pengalaman belajar.Instruktur harus menyeimbangkan penyajian materi baru, berdebat dan berdiskusi, serta berbagai pengalaman warga belajar yang relevan.Instruktur harus melindungi pendapat minoritas, menghindari perselisihan, membuat smabungan antara berbagai pendapat dan ide, dan terus mengingatkan berbagai solusi kelompok potensial untuk masalah ini.Pembelajaran dan oengajaran teori berfungsi lebih baik sebagai sumber daya ketimbang aturan. 

Lingkup Aplikasi

      Andragogi berlaku bagi segala bentuk pembelajaran orang dewasa dan telah digunakan secara luas dalam perencanaan orang dewasa dan telah digunakan secara luas dalam rancangan program pelatihan organisasi, khususnya untuk domain keterampilan lunak (soft skill). Dengan demikian aplikasi andragogi berlaku di ruang-ruang kursus, pelatihan, pembekalan, pembimbingan khusus, bimbingan profesional, pemberantasan buta aksara, keaksaraan fungsional, dan lain-lain.

    Sudah jelas bahwa kedewasaan seseoranglah yang menjadi fokus pendekatan, bukan dewasa dalam makna usia atau kategori rentang umur. Model andragogis menegaskan lima isu akan dipertimbangkan dan di bahas dalam pembelajatan formal. Lima isu itu adalah:

Memberikan kesempatan kepada peserta didik tahu mengapa ada sesuatu yang penting untuk di pelajari.Menunjukkan kepada peserta didik bagaimana mengarahkan diri mereka sendiri melalui informasi yang tersedia.Topik kegiatan belajat terkait pengalaman peserta didik.Manusia tidak akan belajar sampai mereka siap dan termotivasi untuk belajar.Diperlakukan upaya membantu mereka mengatasi hambatan, perilaku,dan keyakinan tentang belajar.

Resume Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus


PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

    Ada dua jenis pendidikan anak berkebutuhan khusus, yaitu: anak yang menderita ketidakmampuan dan anak yang berbakat.

ANAK YANG MENDERITA KETIDAKMAMPUAN

    Kita dapat mengelompokkan ketidakmampuan dan gangguan (disorder) sebagai berikut:

Gangguan InderaGangguan penglihatan            Anak yang buta secara edukasional" (Educationally blind) tidak bisa menggunakan pebglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan sentuhan untuk belajar.

Gangguan Pendengaran            Pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang punya masalah pendengaran terdiri dari dua kategori: pendekatan oral dan pendekatan manual. Pendekatan oral antara lain menggunakan metode membaca gerak bibir, speech reading (menggunakan alat visual untuk mengajar membaca), dan sejenisnya. Pendekatan manual adalah dengan bahasa isyarat dan mengeja jari (finger spelling).

      2. Gangguan Fisik

Gangguan Ortopedik biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang, atau sendi.Gangguan Palsy adalah gangguan yang berupa ;emahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah (shaking), atau bicaranya tidak jelas.Gangguan Kejang-Kejang, biasa yang dijumpai adalah epilepsi yang merupakan gangguan saraf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang.

Attention Deficit Hyperactivity Disorders, ciri-cirinya adalah:

kurang perhatian (inattentive) sulit berkonsentrasi pada satu hal dan mungkin cepat bosan mengerjakan tugas.hiperaktif, menunjukkan level aktivitas fisik yang tinggi, hampir selalu bergerak.dan impulsif yang sulit mengendalikan reaksinya dan gampang bertindak tanpa pikir panjang.

ISU PENDIDIKAN YANG BERKAITAN DENGAN ANAK YANG MENDERITA KETIDAKMAMPUAN

Individual with Disabilities Education Act (IDEA) merupakan pelayanan bagi semua anak penderita ketidakmampuan. IDEA mensyaratkan agar murid yang menderita ketidakmampuan atau gangguan diberi rancangan pendidikan yang disesuaikan dengan diri si anak (Individualized education plan atau IEP). 

Least restrictive environment (LRE)  merupakan sebuah setting yang semirip mungkin dengan setting tempat mendidik anak yang tidak menderita ketidakmampuan.

Kesuksesan akademik dan sosial anak. Hasil ini dipengaruhi oleh kualitas pengajaran yang diberikan kepada anak (seperti kelas regular, ruang sumber daya, aau kelas pendidikan khusus).Anak dengan gangguan emosional berat. Anak dengan gangguan ini berhasil jika mereka berpartisipasi dalam pendidikan vokasional dan diintegrasikan ke dalam sekolah melalui aktivitas seperti olahraga.Anak dengan gangguanpendengaran. aAnak dengan gangguan ini akan mendapatkan keuntungan akademik, namn dengan rasa penghargaan diri yang rendah jika mereka ditempatkan di kelas reguler.

ANAK-ANAK YANG BERBAKAT

       Anak berbakat (gifted) adalah anak dengan kecerdasan di atas rata-rata (biasanya didefinisikan memiliki IQ 130 atau lebih) dan atau punya bakat unggul di beberapa bidang seperti seni, musik, atau matematika. 

Karakteristik

Dewasa lebih dini (precocity)Belajar menuruti kemauan mereka sendiriSemangat untuk menguasaiUnggul dalam memproses informasi

Studi Terman Klasik

      Orang-orang berbakat dalam Studi Terman telah matang secara intelektual sebelum waktunya, tetapi mereka tidak mengalami gangguan emosional atau penyesuaian diri. Banyak anak dalam studi Terman bukan hanya mempunyai IQ tinggi, tetapi juga berasal dari keluarga kelas menengah ke atas yang orantuanya memantau dan membimbing prestasi mereka. Anak berbakat yang yang tidak merasa tertantang dapat menimbulkan problem disekolah.

Mendidik Anak Berbakat

      Anak berbakat yang tidak merasa tertantang dapat mengganggu, tidak naik kelas, dan kehilangan semangat untuk berprestasi. Beberapa program untuk anak berbakat adalah (Hertzog, 1998):

Kelas khusus (program pullout)Akselerasi dan pengayaan di kelas regulerProgram mentor dan pelatihanKerja, atau pelayanan masyarakatWinner percaya bahwa jika masih ada anak yang merasa tidak tertantang, dia merekomendasikan agar anak itu diizinkan untuk lompat kelas atau masuk ke kelas khusus. Misalnya, beberapa murid sekolah menengah yang cerdas di perbolehkan masuk ke kelas akademi yang sesuai dengan bidang kemampuannya.

Resume pengelolaan kelas


PENGELOLAAN KELAS

MENGAPA KELAS PERLU DIKELOLA SECARA EFEKTIF
     Pandangan lama menekankan pada penciptaan dan pengaplikasian aturan untuk mengontrol tindak tanduk murid, sedangkan pandangan yang terbaru berfokus pada kebutuhan murid untuk mengembangkan hubungan dan kesempatan untuk menata diri. Tren baru dalam manajemen kelas lebih menekankan pada pembimbingan murid untuk menjadi lebih mau berdisiplin diri dan tidak terlalu menekankan pada kontrol eksternal atas diri murid. Dalam tren manajemen kelas yang sekarang guru dianggap sebagai pemandu, koordinator, fasilitator. Model manajemen kelas yang baru bukan mengarah pada mode permisif, penekanan pada perhatian dan regulasi diri murid bukan berarti guru tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi di kelas.
     Doyle mendeskripsikan enam karakteristik yang merefleksikan kompleksitas kelas dan potensi problem, yaitu:

Kelas adalah multidimensionalAktivitas terjadi secara simultanKejadian yang terjadi secara cepatKejadian yang sering sekali tidak dapat di dugaKurangnya privasiSejarah kelas     Strategi yang baik untuk memulai kegiatan belajar mengajar adalah:

Membangun ekpektasi untuk perilaku dan menghilangkan ketidakpastianmemastikan murid merasakan pengalaman kesuksesanSelalu siap dan dapat di jangkauSelalu bertugas

     Tujuan manajemen kelas yang efektif yaitu membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak di orientasikan pada tujuan (menjaga aktivitas tetap lancar, meminimalkan waktu transisi, dan mengajak murid untuk bertanggung jawab), dan mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional.

MENDESAIN LINGKUNGAN FISIK KELAS

Prinsip Penataan KelasKurangi kepadadatan di tempat lalu lalangPastikan bahwa anda dapat dengan mudah melihat semua muridMateri pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diaksesPastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas.

      2. Gaya Penataan

Gaya Auditorium merupakan gaya susunan kelas untuk semua murid duduk menghadap guru.Gaya Tatatp Muka (face to face) merupakan gaya susuan kelas yang muridnya saling menghadap.Gaya Off-Set adalah gaya susunan kelas yang sejumlah murid (biasanya tiga atau empat anak) duduk di bangku, tapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain.Gaya Seminar merupakan gaya susunan kelas yang sejumlah besar murid (sepuluh atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, persegi, atau bentuk U.Gaya Klaster ( cluster) adalah gaya susunan kelas yang sejumlah muridnya (biasanya empat sampai delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil.

MENCIPTAKAN LINGKUNGAN YANG POSITIF UNTUK PEMBELAJARAN

      Menggunakan gaya manajemen kelas yang otoritatif, bukan gaya otoriter atau permisif. Guru yang otoritatif akan melibatkan murid murid dalam bekerja sama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Guru yang otoritatif akan menjelaskan aturan dan regulasi, menentukan standar dengan masukan dari murid.

      Gaya manajemen kelas otoritatif adalah melakukan percakapan dengan murid, memerhatikan murid dan membatasi perilaku murid jika dibutuhkan. Pengajaran yang otoritatif berhubungan dengan perilaku murid yang kompoten. 

      Gaya manajemen kelas otoritarian adalah gaya yang restriktif dan punitif. Fokus utamanya adalah menjaga ketertiban kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran. Guru otoriter sangat mengekang dan mengontrol muridnya dan tidak banyak melakukan percakapan dengan mereka. Gaya seperti ini akan menyebabkan murid yang cenderung pasif.

      Gaya manajemen kelas pesimis merupakan meberi banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku mereka. Murid di kelas pesimis ini cendenrung unya keahlian akdemik yang tidak memadai dan kontrol diri yang rendah.

      Karya Kounin mengungkapkan karakteristik lain yang berhubungan dengan manjemen kelas yang efektif, yaitu:

WithitnessMengatasi situasi yang tumpang tindihMenjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaranMelibatkan murid dalam berbagai ktivitas yang menantang

Membedakan Aturan dan Prosedur

Masuk akal dan perluJelas dan dapat di pahamiKonsisten dengan tujuan instruksional dan pembelajaranKompatibel dengan aturan sekolah

      Agar nurid mau bekerja sama maka diperlukan:

Pengembangan hubungan positif dengan muridMengajak murid berbagi dan mengemban tanggung jawab (melibatkan murid untuk perencanaan dan implementasi inisiatif sekolah dan kelas, mendorong murd untuk menilai perilaku diri mereka sendiri, jangan menerima alasan-alasan, dan bersabar sampai strategi pemberian tanggung jawab ini bisa bekerja)Memberi imbalan pada perilaku yang tepat.

MENJADI KOMUNIKATOR YANG BAIK

      Jadilah pendengar aktif. Mendengar aktif adalah ketika seseorang memberi perhatian penuh pada pembicara, fokus pada isi intelektual dan emosional dari pesan. Beberapa strategi mendengarkan aktif antara lain:

Memberi perhatian pada orang yang berbicara, seperti mempertahankan kontak mataParafrasaMensitesiskan tem dan pola Memberi tanggapan secara kompeten

Selasa, 30 Mei 2017

Public speaker muda USU

RAY VIVALDY, PUBLIC SPEAKER MUDA

Ray Vivaldy Panjaitan merupakan mahasiswa semester 2 Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU). Mahasiswa kelahiran Medan 24 Maret 1998 ini, sangat fasih dalam berbahasa inggris. Kemampuannya dalam berbahasa asing ini menghantarkannya memperoleh kejuaraan dalam debat bahasa inggris. Ray mulai belajar bahasa inggris sejak di bangku SD. Dimulai dari les private dan juga dia sering belajar sendiri dengan menggunakan buku di rumah. Saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), Ray berpikir untuk membentuk sebuah organisasi English Club di sekolahnya.  Setelah menghadapi banyak kendala untuk membentuk English Club tersebut, akhirnya kerja keras Ray membuahkan hasil dan ia berhasil sebagai pencetus English Club tersebut.
Selain aktif dalam berbahasa asing, Ray juga merupakan mahasiswa yang aktif dalam organisasi. Salah satu organisasi yang digelutinya saat ini ialah organisasi USD (USU Society for Debate). Ray sering mengikuti debat bahasa inggris dan memperoleh kejuaraan dalam lomba debatnya tersebut. Beberapa lomba yang pernah di ikuti dan prestasi yang pernah diraih seorang Ray diantaranya, juara 1 USU English Debate Workshop/ English Debate Competition 2016, juara 1 English Speech Competition in Millenium ICT Center 2016, pernah mengikuti ALSA (Asian Law Student Association) di UNPAD 2016, juara 1 IEC (International Education Center) Debate Open In Novice Category 2017, dan 3rd The Best Speaker di SOVED (Sumatera Overland Varsity Debate) yang diadakan di Padang pada tanggal 27-30 April 2017.
“Ray jauh dari jangkauan pendiam, orangnya hiperaktif. Dan Ray sendiri untuk mahasiswa semester awal mempunyai kompeten yang bagus dan cukup membanggakan. Saya sendiri juga termotivasi darinya, pernah dia ngajak saya untuk jadi panitia di acara USU Open, acara lomba debat nasional yang mengundang berbagai universitas di Indonesia. Sejak diajak jadi panitia oleh Ray, saya jadi kepengen gitu bisa seperti dia bisa ikut debat bahasa inggris dan jadi orang yang berprestasi.” Kata Fattah teman dekat Ray.
“Belajar khusus sih gak terlalu dipatokkan, paling aku sering buka-buka note, file-file dan liat-liat video debat aku, dan belajar buka buku kuliah juga sebentar. Jadi gak terlalu dipatokkan malam itu harus belajarnya berapa jam gitu.” Jawab Ray saat ditanya tentang jam belajarnya di rumah. Ray membuat bangga orangtua dan teman-temannya dari prestasi yang diraihnya. Walau sudah bisa dibilang sangat fasih dalam berbahasa inggris, namun Ray juga tidak berhenti untuk terus belajar.
Ray bercita-cita ingin menjadi Duta Besar Prancis. Jadi selain mempelajari bahasa inggris, Ray juga sedang belajar bahasa Prancis dengan cara sederhana yakni sering melihat video di Youtube dan sering mendengarkan lagu-lagu prancis. Cita-cita tersebut termotivasi dari kegemarannya dengan budaya Prancis, suka dengan kota-kotanya dan juga bahasanya. Walau menurutnya belajar bahasa Prancis itu susah, tetapi jika ada kemauan untuk belajar tentu saja pasti bisa. Kemampuan Ray berkarya dengan bahasa di usianya yang masih muda, dapat memotivasi kita semua untuk bisa aktif seperti Ray. (ZieViz Publisher)

Minggu, 09 April 2017

Laporan observasi

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
LAPORAN OBSERVASI ‘MANAJEMEN KELAS’

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
Reyhan Ahmad Lubis 161301079
Abdul Hafiz 161301081
Ianita Perangin-Angin 161301094
Rizka Dwi Saputri 161301098
Miranda S. 161301099
Nada Pertiwi 161301149
Nashiha Syifa Alsakina 161301154
Fakultas Psikologi Universitas Sumtera Utara Medan
2017

BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Identititas Sekolah Nama Sekolah : SMA Dharma Pancasila Medan Alamat : Jalan Dr.T. Mansyur No.71-C. Medan, Kec. Medan Selayang, Kel. Padang Bulan Selayang I, 20131
Uraian Aktifitas Observasi Jadwal Observasi : Sabtu, 1 April 2017 Waktu Observasi : 08.00-09.00 Objek Observasi : Kelas XI MIA 1 dan XI MIA 2
Latar Belakang
     Lingkungan pembelajaran yang baik harus dibarengi dengan pengelolaan kelas dan iklim belajar yang baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan mudah. Untuk menciptakan pengelolaan yang baik, kita terlebih dahulu memahami apa arti manajemen kelas, prinsip dasar mengelola kelas, permasalahan dalam kelas, kondisi, penciptaan iklim pembelajaran dan kondisi-kondisi dalam kelas. Semua itu harus dipahami oleh guru agar pengelolaan kelas bukan hanya mengurusi tentang saran prasarana kelas saja tetapi kondisi psikologis dari siswa.
     Dalam pengelolaan kelas, efektif atau tidak pelaksanaannya sangat tergantung pada sikap guru dalam memahami berbagai aspek dalam pelaksanaannya. Beberapa aspek yang perlu menjadi perhatian guru yaitu aspek sifat kelas dan situasi kelas yang dapat menentukan bentuk dan metode pendekatan yang sesuai dalam proses pembelajaran serta tindakan efektif keratif dari guru sangat menentukan jalannya kegiatan pengelolaan kelas. Selain itu, guru juga harus paham tentang tujuan dari pengelolaan kelas itu sendiri sehingga proses pembelajaran akan lebih terarah pada suatu tujuan yang telah direncanakan.
     Pembelajaran juga harus memuat pendidikan karakter. Yaitu pada saat pembelajaran seorang guru juga harus memasukkan pendidikan karakter dalam pembelajaran, agar siswa sudah terbiasa dengan kebiasaan yang baik dan memuat karakter bangsa.
     Kelengkapan sarana prasarana sekolah juga merupakan hal penting yang memerlukan pengeloaan. Sarana prasarana tersebut juga mempengaruhi kondisi belajara siswa, sehingga dalam jelas tersebut juga harus melakukan pembaharauan, baik itu penataan, perubahan bahkan penambahan fasilitas, agar siswa tidak cepat bosan.
     Berhasilnya manajemen kelas dalam memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai, banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut melekat pada kondisi fisik kelas dan pendukungnya, juga dipengaruhi oleh faktor non fisik (sosio-emosional) yang melekat pada guru. Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Kondisi atau iklim memberikan pengaruh terhadap efektivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan sebaliknya juga akan mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar anak serta perkembangan pendidikan peserta didik.
Rumusan Masalah
Apakah manajemen ruang kelas sudah tertata dengan baik dan kondusif?
Bagaimana kondisi ruang kelas ketika Kegiatan Belajar Mengajar?
Apakah gaya pengajaran yang diberikan sudah memberikan cukup motivasi untuk belajar para Siswa?
Tujuan Observasi
Untuk mengetahui manajemen kelas yang sudah cukup kondusif
Untuk mengetahui kondisi ruang kelas ketika KBM berlangsung
Untuk mengetahui sejauh mana gaya pengajaran di SMA DHARMA PANCASILA
Manfaat Observasi
Menambah wawasan akan manajemen kelas
Memberikan pengalaman tersendiri setelah melakukan Observasi di SMA DHARMA PANCASILA


BAB II
LANDASAN TEORI
Pengertian Manajemen Kelas
     Istilah manajemen telah lahir dan diartikan oleh berbagai pihak dengan perspektif yang berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketatalaksanaan, kepemimpinan, pemimpin, dan lain sebagainya. Masing-masing memberikan pandangan yang berbeda sesuai dengan latar belakang pekerjaan mereka. Manajemen sebagai sebuah istilah yang sering dipakai di dunia bisnis pada dasarnya juga dipakai untuk organisasi pendidikan pada umumnya. Berikut pengertian manajemen menurut para ahli:
M. Sobry Sutikno menyimpulkan bahwa “manajemen adalah serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi, mengendalikan, dan mengembangkan segala upaya di dalam mengatur dan memberdayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan organisasi”.
John. D Millet dalam Pengantar Manajemen karangan dari H.B. Siswanto membatasi manajemen adalah suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan. sedangkan James A.F Stoner dan Charles Wankel memberikan batasan manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan seluruh sumber daya organisasi lainnya demi terwujudnya tujuan organisai.2 Selanjutnya adapun pengertian kelas memiliki dua pengertian yaitu:
Kelas dalam arti sempit yaitu ruangan yang dibatasi oleh empat dinding tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses pembelajaran.
Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai kesatuan diorganisir menjadi unit kerja secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai tujuan. 3Sedangkan pengertian dari ruang kelas adalah kondisi fisik kelas yang akan digunakan oleh guru bersama dengan siswanya dalam aktifitas pembelajaran.
Dari pengertian tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen secara umum adalah serangkaian proses pengarahan, perencanaan dan pengendalian terhadap suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Dengan demikian manajemen kelas merupakan suatu perangkat prilaku penyelenggaraan proses belajar mengajar agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar dan efesien di lingkungan kelas.
Pengertian manajemen kelas Menurut Emmer yang dikutif dalam buku “Sekolah Efektif dan Guru Efektif” yang ditulis oleh Hasri Salfen mendefinisikan “manajemen kelas sebagai perangkat perilaku dan kegiatan guru yang diarahkan untuk menarik perilaku siswa yang wajar, pantas, dan layak serta usaha dalam meminimalkan gangguan.” Sedangkan Duke menyatakan “Manajemen kelas adalah ketentuan dan prosedur yang diperlukan guna menciptakan dan memelihara lingkungan tempat terjadi kegiatan belajar dan mengajar.”
J.M Cooper mengemukakan lima pengelompokan definisi manajemen kelas yaitu:
Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas sebagai pandangan dalam mengontrol tingkah laku.
Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa sebagai pandangan yang bersifat permisif kaitannya dengan tugas guru dalam memaksimalkan kebebasan siswa.
Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diingingkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan.
Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosioemosional kelas yang positif sebagai pandangan hubungan kegiatan interaksi belajar mengajar guru dengan siswa.
Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi yang efektif.

Tujuan Manajemen Kelas
     Manajemen kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara situasi kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan bila terjadi gangguan belajar dari siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain manajemen kelas merupakan kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal dalam proses belajar mengajar. Manajemen kelas bagi guru perlu dikuasai dan diterapkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkalaku siswa yang tidak diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkalaku yang tidak diinginkan, mengembangkan hubungan interpersonal, iklim sosio emosional yang positing serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.
     Tujuan pengelolaan atau menurut Sudirman penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja. Sedangkan Arikunto berpendapat bahwa tujuan pengelolaan atau manajemen kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien.

BAB III
HASIL PENGAMATAN
Bagaimana proses ujian menghafal proses reproduksi pada mata pelajaran di kelas XI MIA 1
Para murid lancar dalam mengingat apa yang telah mereka hafalkan
Sambil menunggu giliran atau selesai ujian menghafal, beberapa murid ada yang mengobrol
Para murid tampak antusias dengan mata pelajaran biologi
Guru mengoreksi jika ada istilah atau hafalan yang kurang tepat
Guru dapat mencairkan suasana kelas yang sebelumnya cukup tegang
Ada seorang murid yang dites oleh guru, kemudian direspon positif oleh murid lainnya
Walaupun suasana penuh canda tawa, namun murid-murid tetap menghargai guru tersebut.

BAB IV
PEMBAHASAN
Bagaimana proses ujian menghafal proses reproduksi pada mata pelajaran di kelas XI MIA 1

    Saat kami menobservasi kelas XI MIA 1, mata pelajaran yang sedang berlangsung adalah biologi. Sebelumnya, bapak guru tersebut telah menugaskan murid-muridnya untuk menghafal salah satu subbab dari materi reproduksi. Satu persatu murid dipanggil oleh bapak guru sesuai dengan urutan absen kelas mereka. Bapak guru tersebut berdiri di dekat meja guru sambil memegang buku nilai sambil mengamati muridnya yang sedang menghafal. Pada hari itu, hanya setengah murid dari satu kelas yang maju ke depan untuk tugas menghafal, karena pada hari sebelumnya sebagian dari mereka sudah melakukan tugas menghafal.
Para murid lancar dalam mengingat apa yang telah mereka hafalkan
     Hafalan yang ditugaskan cukup rumit karena terdapat istilah-istilah yang sulit untuk diucapkan. Namun para murid dapat menghafalnya dengan baik dan lancar, tanpa membawa kertas kecil sebagai bantuan menghafal. Walaupun ada beberapa kesalahan dalam pengucapan suatu istilah, bapak guru dapat langsung mengoreksi sehingga dapat dilanjutkan oleh murid-murid. Bapak guru terlihat cukup puas dengan hafalan murid-muridnya yang terlihat lancar.
Sambil menunggu giliran atau selesai tugas menghafal, beberapa murid ada yang terlihat mengobrol.

     Walaupun sedang diadakan kelas dan ada guru yang berada di dalam kelas, ada juga beberapa murid yang terlihat mengobrol dengan teman sebangkunya atapun teman di dekat mereka. Karena mereka merasa sudah selesai dan lega dengan tugas menghafal sebelumnya, jadi mereka langsung mengobrol tanpa memperhatikan temannya yang sedang menghafal. Terutama murid laki-laki yang berada di barisan paling belakang kelas. Namun ada juga murid yang sudah selesai melakukan tugas dan tetap memperhatikan temannya yang sedang berada di depan.
Para murid tampak antusias dengan mata pelajaran biologi
     Dilihat dari cara mereka menghafal dengan baik, serta didukung dengan guru yang ramah dan menyenangkan, murid-murid tampak antusias dengan kelas biologi tersebut. Mereka tampak memperhatikan dengan serius apa yang dijelaskan bapak guru disela-sela jeda sebelum murid lainnya maju ke depan. Bahkan tampak ada dua murid laki-laki yang berebut untuk maju ke depan, padahal bukan nama salah satu murid tersebut yang dipanggil, sehingga membuat suasana kelas menjadi canda tawa namun tetap kondusif.
Guru dapat mencairkan suasana kelas yang sebelumnya cukup tegang

     Saat sesi menghafal selesai, bapak guru menjelaskan sedikit materi reproduksi sambil diselingi candaan agar membuat murid-muridnya menjadi rileks setelah lama menghafal materi yang ditugaskan. Bahkan kamipun ikut tertawa dengan candaan bapak guru tersebut. Bapak guru tetap bisa mengkondisikan kelas menjadi kondusif dikala anak muridnya sedang tertawa geli mendengar candaannya tersebut. Bapak guru tersebut dapat mengetahui keadaan kelas yang sebelumnya tegang dan sunyi serta tidak ingin membuat murid-muridnya larut dalam suasana kelas seperti itu
Ada seorang murid yang dites oleh guru, kemudian direspon positif oleh murid lainnya
     Setelah bapak guru selesai menjelaskan sedikit materi, bapak guru bertanya kepada salah seorang siswa di barisan depan ujung kelas untuk menguji kemampuan anak tersebut, karena menurut bapak guru siswa tersebut hanya melamun sedaritadi. Ketika diberi pertanyaan, siswa tersebut dapat menjawab semua pertanyaan bapak guru dengan tepat dan diebri sorakan gembira teman-temannya. Walaupun ada pengucapan yang salah atau terbalik, bapak guru tetap mengoreksi jawaban murid tersebut. Siswa tersebut diiringi tepukan meriah teman-temannya yang membuat suasana kelas menjadi gembira dan tidak terlihat membosankan.
Walaupun suasana penuh canda tawa, namun murid-murid tetap menghargai guru tersebut
     Bapak guru tersebut memiliki pembawaan yang menyenangkan dan selalu tersenyum, sehingga murid-murid sangat menyenangi guru tersebut. Bapak guru bisa membuat kelas menjadi ceria, tidak membosankan, dan tidak membuat murid-muirdnya takut kepada guru tersebut. Walaupun guru tersebut bersikap demikian, murid-muridnya tetap menghargai bapak guru dengan tidak mengoloknya ataupun bersikap tidak sopan padanya. Apalagi bapak guru terlihat masih cukup muda dan dapat bergaul dengan murid-muridnya dengan mudah, sehingga ini menjadi nilai tambah bagi bapak guru yang tetap bisa mengontrol kelas dengan baik, sembari murid-muridnya tetap bersikap sopan pada bapak guru. Membuat bapak guru semakin disenangi oleh murid-muridnya.
Bapak guru memberikan tugas di akhir kelas
     Setelah semua murid selesai dengan tugas menghafal mereka, bapak guru memberikan tugas tambahan untuk setiap kelompok membuat kumpulan soal beserta jawabannya berdasarkan soal Ujian Nasioonal SMA tahun 2015 dan 2016. Tugas tersebut bapak guru berikan agar murid-muridnya bisa menambah pengetahuan mereka di mata pelajaran biologi, ditambah agar mereka bisa menghadapi Ujian Akhir Semester yang tidak lama lagi akan diadakan di sekolah mereka.

Testimoni belajar mata kuliah psikologi pendidikan

Mata kuliah psikologi pendidikan 2 sks. Saya berada di kelas B.  Kelas B dijadwalkan pada hari Rabu pada pukul 11;00-13;00 WIB. Dalam belajar Psikologi pendidikan saya tahu bagaimana cara belajar anak-anak sampai remaja,  bagaimana pelajar menerima dan bagaimana cara mengajar murid sesuai dengan usianya. Mata kuliah ini mengarahka mahasiswa untuk aktif selama perkuliahan dan juga menuntun mahasiswa untuk rajin dalam menulis atau memposting blognya. Mata kuliah ini juga memberikan pemahamam perilaku murid yang berbeda-beda.

Jumat, 07 April 2017

Psikologi pendidikan materi perkembagan kognitif.

Perkembangan kognitif.
Proses kognitif menurut Piaget.
Skema adalah sebuah konsep atau kerangka yang eksis didalam pikiran seseorang yang dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi.
Asimilasi dan Akomodasi. Asimilasi yaitu suatu proses mental yang terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru kedalam pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi yaitu suatu proses mental yang terjadi ketika anak menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Organisasi adalah konsep Piaget yang berarti pengelompokkan perilaku  yang terpisah kedalam sistem kognitif yang lebih tertib dan lancar; pengelompokkan atau penataan perilaku kedalam kategori-kategori. Penggunaan organisasi meningkatkan kemampuan memori jangka panjang.
Ekuilibrasi adalah suatu mekanisme yang dikemukakan Piaget untuk menjelaskan bagaimana anak  bergerak dari satu tahap ke tahap selanjutnya. Pergeseran ini terjadi saat anak mengalami konflik kognitif atau disekuilibrium dalam usahanya untuk memahami dunianya. Pada akhirnya, anak memecahkan konflik itu dan mendapatkan keseimbangan pemikiran.

Tahap-tahap Piagetian.
Tahap sensorimotor.
Tahap Piagetian pertama, mulai dari kelahiran sampai sekitar usia dua tahun, dimana bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan mengordinasikan pengalaman indra dengan gerakan motor.

Tahap Pra-operasional.
Tahap Piagetian kedua, mulai dari sekitar usia dua tahun sampai tujuh tahun; pemikiran simbolis menigkat tetapi pemikiran belum ada. Pemikiran pra-operasional bisa dibagi menjadi 2 subtahap yaitu:
Subtahap fungsi simbolis. Pada tahap ini terjadi diantara usia dua sampai empat tahun; berkembangnya kemampuan untuk merepresentasikan objek yang tidak hadir dan meningkatnya pemikiran simbolis; muncul egosentrisme dan animism.
Subtahap pemikiran intuitif. Pada tahap kedua dalam pemikiran pra-operasional, dimulai sekitar usia empat tahun dan berlangsung sampai usia tujuh tahun. Pada sub tahap ini, anak mulai menggunakan penalaran primitive dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan.
Tahap Operasional Konkret.
Tahap perkembangan kognitif piaget yang ketiga, terjadi antara usia tujuh sampai sebelas tahunj. Pada tahap ini anak berpikir secara operasional dan penalaran intuitif meski hanya dalam situasi konkret; kemampuan klasifikasi sudah ada tetapi belum bias memahami problem abstrak.
Tahap Operasional Formal.
Tahap perkembangan kognitif ini muncul diantara usia sebelas hingga limabelas tahu; dalamtahap ini, pemikiran remaja lebih abstrak, idealis, dan logis.

Evaluasi Atas Teori Piaget.
Kontribusi.
Piaget adlah tokoh besar dibidang psikologi perkembangan. Kita berhutang budi kepadanya dalam bidnag perkembangan kognitif anak-anak.
Kritik.
Teori Piaget tidak luput dari kritik. Muncul pertanyaan tentang beberapa area: tentang estimasi terhadap kompetensi anak dilevel perkembangan yang berbeda-beda; tentang tahap-tahap perkembangan; tentang pelatihan anak untuk melakukan penalaran pada level yang lebih tinggi; dan tentang kultur dan pendidikan.

Teori Vygotsky

Asumsi Vygotsky. Ada tiga klaim dalam i9nti pandangan Vygotsky (Tappan, 1998):  (1) keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisa dan diinterpretasikan secara developmental. (2) kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membangaun dan mentransformasi aktivitas mental; dan (3) kemampuan kognitif berasal dari relasi social dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural.
Zone of Proximal Development. Adalah istilah Vygotsky untuk serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapiu dapat dipelajari dengan bantuan dari ornag dewasa atau anak yang lebih mampu.
Scaffolding. Sebuah teknik untuk mengubah level dukungan. Selama sesi pengajaran, orang yang lebih ahli (guru, atau murid yang lebih mampu) menyesuaikan jumlah bimbingannya dengan level kinerja murid yang telah dicapai.
Bahasa dan Pemikiran. Vygotsky (1962) percaya bahwa anak-anak menggunakan bahsa bukan hanya untuk komunikasi social, tetapi juga untuk merencanakan, memonitor perilaku mereka dengan caranya sendiri. Penggunaan bahsa untuk mengatur diri sendiri ini dinamkan “pembicaraan batin” (inner speech) atau “pembicaraan private” (private speech).

Psikologi pendidikan materi Motivasi

MOTIVASI

   Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Dalam pengajaran, motivasi aspek yang sangat penting, komponen utama dari konsep psikologilearned center.

PERSPEKTIF MOTIVASI

   1. Perspektif psikologis
Menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula. Perspektif yang dimaksud terbagi menjadi empat, yaitu :
Perspektif Behavioral
Menekankan pada imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci menentukan motivasi.
Motivasi murid sebagai konsekuensi dari intensif eksternal.
Intensif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid.
Intensif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan dapat menjauhkan dari perilaku yang tidak tepat.
Bentuk intensif : nilai yang baik, tanda bintang, pujian, dan penghargaan.
      2. Perspektif Humanistik
Menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib sendiri.
Berkaitan dengan pandangan Abraham Maslow yang menyatakan bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelim memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.
Hirarki Kebutuhan (kebutuhan fisik, keamanan, cinta dan rasa memiliki, harga diri, aktualisasi, dan lain-lain).
     3. Perspektif Kognitif
Menekankan pemikiran murid akan memandu motivasi mereka, dan juga arti penting dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan.
Perspwktif Konitif bertentangan dengan behavioral, berpendapat bahwa tekanan eksternal seharusnya tidak di lebih-lebihkan.
Murid meraih prestasi tinggi bukan karena kebutuhan biologis tetapi karena punya motivasi internal untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.
      4. Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi adalah motivasi untuk berhubungan dengan orang lain secara aman, membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab.
Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, keterikatan dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.
Murid yang punya hubungan penuh perhatian dan supportif biasanya mwmiliki sikap akademik yang positif dan lebih senang bersekolah.
Salah satu faktor terpenting dalam motivasi dan prestasi murid adalah persepsi mereka mengenai apakah hubungan mereka dengan guru bersifat positif atau tidak.

MOTIVASI UNTUK MERAIH SESUATU

   Ada sejumlah strategi kognitif efektif untuk meningkatkan motivasi murid untuk meraih sesuatu atau untuk berprestasi. Hal ini dimulai dengan mengeksplorasi perbedaan krusial antara motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik.
Motivasi Entrinsik
        1. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh intensif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid mungkin bekajar keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang bagus.

       2. Motivasi Intrinsik
Motivsi Intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu  sendiri (tujuan itu sendiri). Miisalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu.

Psikologi pendidikan materi Intelegensi.

INTELIGENSI

    Inteligensi adalah salah satu milik kita yang paling berharga, tetapi bahkan orang yang paling cerdas sekalipun tidak sepakat tentang apa inteligensi itu. Berbeda dengan berat dan tinggi badan dan usia, inteligensi tidak bisa diukur secara langsung. Beberapa pakar mendeskripsikan inteligensi sebagai keahlian untuk memecahkan masalah (problem-solving).

Pandangan Awam Tentang Inteligensi
Inteligensi adalah istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran, ataupun kemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi.
Ciri-ciri perilaku inteligen tinggi : kemampuan untuk memahami dan menyelesaikan problem mental dengan cepat, kemampuan mengingat, kreativitas tinggi dan imajinasi yang berkembang.
Inteligen rendah : perilaku lamban, tidak cepat mengerti, kurang mampu menyelesaikan problem mental yang sederhana.
Inteligensi Dalam Definisi
Inteligensi bagaikan listrik, mudah diukur namun hampir mustahil untuk didefinisikan.
Menurut Terman : kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak.
Menurut Thorndike : kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta.
Menurut Wechsler : Inteligensi sebagai totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan dengan efektif.
Menurut Flynn : kemampuan berpikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman.

Perbedaan Pandangan Awam Dengan Ahli
1. Pandangan Awam
     ➤  Kemampuan Praktis untuk Pemecahan Masalah
           ➜  Nalar yang baik
           ➔  Melihat hubungan diantara berbagai hal
           ➔  Melihat aspek permasalahan secara menyeluruh
           ➔  Pikiran terbuka
     ➤  Kemampuan Verbal
           ➜  Berbicara dengan artikulasi yang baik dan fasih
           ➜  Berbicara lancar
           ➜  Punya pengetahuan di bidang tertentu
     ➤  Kompetensi Sosial
           ➜  Menerima orang lain seperti adanya
           ➜  Mengakui kesalahan
           ➜  Tertarik pada masalah sosial
           ➜  Tepat waktu bila berjanji

      2.  Pandangan Ahli

      ➤  Kemampuan Memecahkan Masalah
            ➜  Mampu menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi
            ➜  Mengambil keputusan tepat
            ➜  Ingin tahu secara intelektual
            ➜  Menunjukkan keingintahuan
      ➤  Inteligensi Verbal
            ➜  Kosakata baik
            ➜  Membaca dengan penuh pemahaman
            ➜  Ingin tahu secara intelektual
            ➜  Menunjukkan pengetahuan
      ➤  Inteligensi Praktis
            ➜  Tahu situasi
            ➜  Tahu cara mencapai tujuan
            ➜  Sadar terhadap dunia sekeliling
            ➜  Menunjukkan minat terhadap dunia luar

Keberhasilan Dalam Belajar
Faktor Internal
          Fisik : panca indera, kondisi fisik psikologis.
          ⇾  Non kognitif : (minat, motivasi, kepribadian)
          ⇾  Kognitif : bakat, inteligensi
Faktor Eksternal
       Fisik : kondisi tempat belajar, sarana dan perlengkapan belajar, materi belajar, kondisi lingkungan belajar.
           Sosial : dukungan sosial, pengaruh budaya.

FAKTOR-FAKTOR INTELIGENSI
William Stern (Uni Factor Theory)
Teori kapasitas umum
Inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum, cara kerja inteligemsi juga bersifat umum. Kapasitas umum timbul akibat pertumbuhan fisiologis dan akibat belajar.
Spearman : Faktor Umum (G faktor), dan Faktor Khusus (S faktor).
          ⇾  Faktor umum: yang menentukan apakah seseorang itu secara umum bodoh atau pandai.
          ⇾  Faktor khusus: yang menentukan kepandaian seseorang dalam bidang tertentu.

Multi Factors Theory
Oleh E.L. Thorndike
Inteligensi terdiri dari bentuk hubungan-hubungan neural antara stimulus dan respon. Hubungan neural khusus inilah yang mengarahkan tingkah laku individu.
Thomson
   Inteligensi mengamdung banyak sekali faktor yang masing-masing bebas dan berdiri sendiri, tetapi faktor yang berfungsi pada suatu saat tertentu hanyalah sebagian kecil saja dari keseluruhan faktor yang ada.

TES INTELIGENSI
Tes Individual
Tes Binet. Pada tahun 1904 Alfred Binet diminta pemerintah Perancis menyusun metode untuk identifikasi anak yang tidak mampu belajar di sekolah (bersama Theophile Simon). Anak yang kurang mampu belajar di sekolah umum akan dialihkan ke sekolah khusus. Dan pada tahun 1905 berhasil disusun skala 1905 terdiri dari 30 pertanyaan, mulai dari kemampuan untuk menentuh telinga hingga kemampuan untuk menggambar desain berdasarkan ingatan dan mendefinisikan konsep abstrak. Binet mengembangkan konsep Mental age (MA) atau usia mental, level perkembangan mental individu yang berkaitan dengan perkembangan lain. Pada tahun 1912, William Stern menciptakan konsep Intelligence Quotient (IQ) = IQ = MA/CA x 100. Jika usia mental sama dengan usia kronologis, IQ = 100. Usia mental dapat berbeda dengan usia kronologis, bila usia mental di atas usia kronologis maka IQ > 100, dan bila usia mental di bawah usia kronologis maka IQ < 100. Tes Binet mengalami revisi berkali-kali yang disebut Stanford-Binet. Tes Binet untuk usia 2 tahun hingga dewasa.
Skala Wechsler.  Memperkenalkan IQ verbal dan IQ Performance. WPPSI-R: Wechsler Preschool untuk usia 4-6.5 tahun. WISC-R: Wechsler Intelligence Scale for Children-Revised untuk usia 6-16 tahun, dan WAIS-R: Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised.

Tes Kelompok.
Tes inteligensi kelompok mencakup Lorge-Thorndike Intelligence Tests, Kuhlman-Anderson Intelligence Tests, dan Otis-Lennon School Mental Abilities Tests. Tes kelompok lebih nyaman dan ekonomis ketimbng tes individual, namun juga ada kekurangannya. Saat tes dilakukan pada satu kelompok besar, peneliti tidak dapat menyusun laporan individual, menentukan tingkat kecemasan murid, dan sebagaainya. Tes inteligensi kelompok harus dilengkapi dengan informasi lain tentang kemampuan murid. Banyak murid yang mengikuti tes dalam kelompok besar di sekolah, tapi keputudan untuk menempatkan murid dalam kelas khusus anak penderita retardasai mental, kelas pendidikan khusus, atau kelas anak berbakat, sebaiknya tidak didasakan pada tes kelompok saja.

PERBEDAAN
Tes Individual
Kurang ekonomis
Pemahaman murid akan lebih baik
Dapat menyusun laporan individual
Dapat mengukur tingkat kecemasan murid
Tes Kelompok
Lebih nyaman bagi anak-anak yang ekonomis
Pemahaman murid mungkin terbatas
Tidak dapat disusun laporan individual
Tidak dapat mengukur tingkat kecemasan murid

Menginterpretasi Skor Tes IQ
Jauhi pandangan stereotip dan perkiraan negatif tentang murid
Jangan gunakan tes IQ sebagai ukuran utama untuk kompetensi
Berhati-hatilah dalam menginterpretasikan makna dari seluruh nilai IQ

Senin, 20 Maret 2017

Pendekatan tipologi 1(Gordon W. Allport)

MAKALAH
PENDEKATAN TIPOLOGI 1 (GORDON ALLPORT)
Disusun oleh:
Kelompok 3
Chindy Dina Die 161301091
Yustika Rahma Hasibuan 161301092
Astri Youlanda Nainggilan 161301093
Ianita Perangin-angin 161301094
Hafiza Hanim 161301095
Reka Irayanti Sitanggang 161301096





FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017

Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kami mengucapkan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah memberikan kami petunjuk dan rahmat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Tipologi I Allport.
Adapun makalah ini telah kami usahakan dengan sebaik-baiknya dan tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak dan sumber, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih atas segala macam bantuan dan informasinya.
Namun, tidak lepas dari semua ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan yang kami alami dari segi penyusunan bahasanya ataupun segi lainnya. Oleh karena itu kami bersedia menerima saran maupun kritik dari para pembaca demi kebenaran makalah yang telah kami susun ini.
Dengan demikian, penulis berharap semoga makalah mengenai Tipologi I Allport ini dapat memberikan manfaat dan informasi yang mudah dimengerti kepada pembaca.


Medan, 28 Februari 2017

    Penulis


DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................................................... 1
Kata Pengantar.................................................................................................................................... 2
Daftar Isi.............................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................... 4
Latar Belakang........................................................................................................................ 4
Rumusan Masalah................................................................................................................... 4
Tujuan..................................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................... 6
Biografi Gordon Allport......................................................................................................... 6
Defenisi Kepribadian.............................................................................................................  7
Struktur Kepribadian..............................................................................................................  9
Perkembangan Kepribadian..................................................................................................  10
Proses Pembentukan Kepribadian......................................................................................... 14
Psikopatologi......................................................................................................................... 14
Isu –Isu Penting dalam Kepribadian Menurut Gordon Allport............................................. 15
Teori Assesment Allport........................................................................................................ 17
Research on Allport’s Theory............................................................................................... 18
BAB III PENUTUP........................................................................................................................ 21
Kesimpulan.......................................................................................................................... 21
Saran....................................................................................................................................21 
Daftar Pustaka.................................................................................................................................  22


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara umum teori Allport memberi defenisi yang positif terhadap manusia, teori Allport itu telah membantu manusia untuk melihat diri sendiri sebagai mahkluk yang baik dan penuh harapan. Hal tersebut terlihat dari teorinya, yaitu gambaran kodrat manusia adalah positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung. Mamandang satu pribadi positif dan apa adanya merupakan salah satu defenisi pribadi sehat, inilah kelebihan dan kekuasaan dari teori Allport.

Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang uni atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Kemudian Allport juga berpendapat bahwa kepribadian yang neurotis dan kepribadian yang sehat merupakan hal yang mutlak terpisah. Namun dalam hal ini yang menjadi kelebihan Allport adalah tentang antisipasi. Dalam teori Allport antisipasi adalah penting untuk menentukan siapa dan apakah kita ini, dalam membentuk identitas diri kita.

Dalam teori Allport juga memandang bahwa kesehatan psikologis adalah melihat ke depan, tidak melihat ke belakang. Dapat dikatakan bahwa seluruh teori yang dikemukakan oleh Allport ini sangan bertentangan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh freud.

Rumusan Masalah
Bagaimana sejarah dari tokoh Gordon Allport?
Apa defenisi kepribadian menurut Gordon Allport?
Bagaimana struktur kepribadian menurut Gordon Allport?
Bagaimana proses pembentukan kepribadian?
Apa saja perkembangan kepribadian menurut Gordon Allport?
Apa itu psikopatologi?
Apa saja isu-isi penting dalam kepribadian menurut Gordon Allport?
Apa saja assesment yang diberikan oleh Gordon Allport

Tujuan
Mengetahui biografi dari tokoh Gordon Allport.
Dapat memahami defenisi kepribadian dengan teori Allport.
Mengetahui struktur kepribadian dengan teori Allport.
Mengetahui proses pembentukan kepribadian.
Mengetahui perkembangan kepribadian yang dituturkan oleh Gordon Allport.
Dapat memahami psikopatologi.
Menjelaskan isu-isu penting dalam kepribadian.
Mengetahui assesment dalam kepribadian dengan teori Gordon Allport.


BAB II
PEMBAHASAN
Biografi Gordon Allport
Allport memiliki nama lengkap Gordon Allport. Lahir di Montezuma, Indiana. Allport adalah anak bungsu dari empat bersaudara dari pasangan John E. Allport dan Nellie Wise Allport. Ibunya adalah seorang guru dan ayahnya adalah seorang salesman yang memutuskan untuk menjadi seorang dokter. Mereka pernah berada dalam keadaan yang mengerikan, sementara Allport mengenyam pendidikan kedokteran di Baltimore dan ia pernah menyelundupkan obat-obatan dari Kanada ke Amerika Serikat dan menjual mereka untuk mendukung keluarganya. Ketika penegak hukum datang mengetuk pintu depan rumahnya, ia keluar dari belakang dan melarikan diri dari atas pagar. Dia membawa keluarganya ke Indiana dan membuka praktek swasta.
Dalam teori kepribadian Allport, salah satu proposisi utama adalah bahwa secara psikologis orang dewasa yang sehat tidak terpengaruh oleh peristiwa masa kecil. Hal ini mungkin mencerminkan dengan Allport mengungkapkan sedikit informasi tentang tahun masa kecilnya. Apa yang dia katakan, menunjukkan paralel antara pengalaman awal sendiri dan teori yang kemudian ia kembangkan.

Yang timbul dari kondisi masa kecilnya yaitu isolasi dan penolakan, Allport mengembangkan perasaan rendah diri yang ia usahakan untuk mengkompensasi dengan berusaha untuk unggul. Dia menulis tentang pencarian identitas yang dihasilkan dari perasaan rendah diri dengan hormat kepada saudara-saudaranya dan anak-anak lainnya. Kemudian Allport tumbuh dewasa, ia mulai mengidentifikasi dirinya dengan kakak tertuanya yaitu Floyd, Allport mungkin iri dengan prestasi saudaranya.

Ketika menjadi dewasa, Gordon Allport terus merasa rendah diri dibandingkan dengan Floyd terhadap prestasinya, kemudian ia mencoba untuk meniru. Dia mengikuti Floyd ke Harvard Universitas dan mendapatkan gelar Ph.D. dalam psikologi, seperti yang telah dilakukan Floyd. Floyd berhasil mencatat psikolog sosial, dan bahkan ketika Gordon telah menjadi terkenal sendiri di lapangan, perasaan berada di bayang-bayang kakaknya bertahan.

Upaya untuk meniru Floyd mungkin telah mengancam rasa identitas dari Gordon. Untuk menegaskan individualitasnya, Gordon Allport mungkin telah termotivasi untuk menolaknya mengindentifikasi kation dengan Floyd dengan menyatakan dalam teori kepribadiannya yang motif dewasanya dan kepentingan yang independen dari perasaan masa kecilnya. Kemudia ia memformalkan ini sebagai ide konsep otonomi fungsional.

Ia meraih gelar doktor psikologi dari Harvard pada tahun 1922. Ia menghabiskan kariernya untuk mengembangkan teori, mengkaji persoalan-persoalan sosial, seperti prasangka, kecurigaan, komunal, serta mengembangkan tes kepribadian.
Selama karir yang membentang lebih dari empat dasawarsa, Gordon Allport menjadi salah satu yang paling merangsang dan provokatif psikolog untuk belajar kepribadian. Bersama dengan Henry Murray, Allport membuat kepribadian topik akademis terhormat. Psikoanalisis dan teori-teori kepribadian yang berasal dari itu tidak dianggap bagian dari ilmu psikologi. Studi sistematis, formal kepribadian tidak diakui oleh pembentukan psikologi sampai tahun 1930.
Pada tahun 1937, Allport menerbitkan tentang kepribadian: interpretasi psikologis. Buku langsung sukses dan menjadi studi kepribadian. Dengan demikian, Allport melayani dua tujuan yaitu: ia membantu membawa kepribadian ke arus utama dan ia merumuskan sebuah teori pengembangan kepribadian di mana ciri-ciri memainkan peran penting.
Penghargaan yang didapatkan Allport pada masa kariernya cukup banyak antara lain :
Pada tahun 19939 ia diangkat sebagai ketua American Psychological Association (APA)
Pada tahun 1963 ia menerima penghargaan Gold medal Award dari APA.
Pada tahun 1964 ia menerima penghargaan Distinguished Scientific Contribution Award dari APA.
Pada tahun 1966 ia diberikan kehormatan sebagai Ricard Clarke Cabot Professor of the Social Ethis yang pertama di Harvard.
Pada 9 oktober 1967, Allport yang merupakan perokok berat dan ia meninggal karena kanker
paru-paru.
Defenisi Kepribadian
Kepribadian menurut Allport adalah sesuatu yang unik yang sudah dimiliki oleh masing-masing individu atau sesuatu yang sudah terorganisasikan dan terpolakan. Kepribadian bukanlah pengorganisasian yang statis, dia terus bertumbuh atau berubah. Istilah “psikofisik” menekankan pentingnya aspek-aspek kepribadian yang sifatnya psikologis sekaligus fisik. Kepribadian bukan hanya topeng yang kita kenakan, tidak juga hanya sekedar perilaku. Dia mengacu kepada individu dibelakang tampilan, pribadi di belakang tindakan. Dengan istilah “karakteristik” Allport berharap dapat menunjukkan “individualitas” atau “keunikan”.
Defenisi komprehensif Allport tentang kepribadian ini menunjukkan bahwa manusia adalah produk sekaligus proses yang memiliki sejumlah struktur yang berorganisasikan, sementara di waktu yang sama memiliki kemampuan untuk berubah. Ringkasnya, kepribadian bersifat fisik sekaligus psikologis mencakup perilaku yang tampak dan pikiran yang terungkap.
Peran dari motivasi
Penekanan Allport terhadap motivasi yang disadari ini bermula dari pertemuannya dengan Freud di Wina dan reaksi emosionalnya terhadap pertanyaan freud “andakah anak kecil itu?”. Respon Freud mengandung implikasi bahwa tamunya yang berusia 22 tahun ini secara tak sadar membicarakan kemuakannya sendiri terhadap kebersihan saat mengisahkan cerita anak kecil yang suka kebersihan. Jika Freud mengasumsikan sebuah pemaknaan bawah sadar yang melandasi cerita anak kecil, Allport cenderung menerima pernyataan diri apa pun adanya. Namun begitu, Allport (1961) tidak mengabaikan eksistensi atau bahkan pentingnya proses bawah sadar.
Ciri pribadi yang sehat
Gordon allport (1937) membuat hipotesis tentang sifat-sifat kepribadian yang dewasa. Ada beberapa asumsi umum yang di butuhkan agar kita bisa memahami konsepsi Allport tentang pribadi yang dewasa.
Pribadi yang dewasa secara psikologis dicirikan oleh sikap proaktif, yaitu tidak hanya bereaksi kepada stimuli eksternal, tetapi juga sanggup bertindak dengan sadar terhadap lingkungannya dengan cara-cara yang baru dan inovatif, sehingga lingkungan pun bereaksi kepada mereka juga.
Kepribadian yang dewasa tampaknya lebih termotivasikan oleh proses-proses sadar dari pada kepribadian yang terdistorsi, menjadikan mereka lebih fleksibel dan mandiri dari pada pribadi sehat yang masih terus di dominasi oleh motif-motif bawah sadar yang muncul dari pengalaman masa kanak-kanak. Individu yang sehat secara psikologis adalah pribadi unik bukan karena tidak pernah berbuat kekeliruan dan kesalahan.
Allport menggambarkan enam kriteria untuk normal, dewasa sehat secara emosional, dan kepribadian orang dewasa:
Dewasa yang matang yaitu memperluas rasa diri kepada orang-orang dengan kegiatan di luar diri.
Dewasa yang matang yaitu berkaitan hangat kepada orang lain, menunjukkan keintiman, kasih sayang, dan toleransi.
Penerimaan diri menjadi dewasa membantu dia mencapai emosional keamanan.
Dewasa yang matang akan memegang persepsi realistis kehidupan, mengembangkan pribadi keterampilan, dan membuat komitmen untuk beberapa jenis pekerjaan.
Dewasa yang matang memiliki rasa humor dan tujuan tersendiri (pemahaman atau wawasan diri).
Dewasa yang matang berlangganan filsafat pemersatu kehidupan, yang bertanggung jawab untuk mengarahkan kepribadian menuju tujuan masa depan.

Struktur Kepribadian
Allport menekankan bahwa pengaruh keberadaan seseorang di dalam teori kepribadiannya ada dalam pandangan motivasinya. Kemudian Allport juga menjelaskan proses dari kepribadian itu dalam sebuah konsepnya, “functional autonomy”. Konsep ini menjelaskan bahwa motif kematangan, kesehatan emosional seseorang tidak terhubung secara fungsional kepada pengalamannya di masa lalu sejak ia lahir. Dari konsep tersebut dapat diketahui bahwa Allport berpendapat bahwa motivasi dari tiap individu itu bersifat independent dan tidak terikat atau terhubung dengan hal yang lainnya
Personality Traits
Allport mengganggap bahwa sifat-sifat kepribadian menjadi kecenderungan untuk menanggapi dalam hal yang sama atau dengan cara yang sama, untuk membedakkan berbagai jenis rangsangan. Dengan kata lain,  sifat-sifat itu adalah ketetapan dan cara bertahan tentang reaksi terhadap lingkungan kita.

Karakteristik sifat-sifat tersebut sebagai berikut (Allport, 1937):
Sifat kepribadian yang nyata dan ada dalam kita masing-masing. Bukan  hanya teoritis yang
konstruk atau label yang digunakan untuk menjelaskan tentang perilaku.
Sifat menentukan atau menyebabkan perilaku. Hal ini tidak muncul hanya dalam menanggapi rangsangan tertentu. Mereka memotivasi kita untuk mencari rangsangan yang tepat, dan mereka berinteraksi dengan lingkungan untuk menghasilkan perilaku.
Sifat dapat ditunjukkan secara empiris. Dengan mengamati perilaku dari waktu ke waktu, kita dapat menyimpulkan bahwa adanya keberadaan sifat dalam konsistensi respon seseorang terhadap rangsangan yang sama atau serupa.
Sifat yang saling terkait. Misalnya, agresivitas dan permusuhan yang berbeda tetapi terkait sifat dan sering terlihat terjadi secara bersama-sama dalam perilaku seseorang.
Sifat yang fleksibel dan mudah berubah sesuai situasi . Misalnya, seseorang mungkin menampilkan sifat kerapian dalam satu situasi dan sifat ketidakteraturan dalam situasi lain.

Allport mengusulkan dua jenis sifat: individu dan umum. Individual traits merupakan keunikan seseorang dan menunjukkan karakterkannya. Common traits merupakan suatu perilaku yang ditunjukan oleh sejumlah orang, seperti para anggota budaya. Oleh karena itu orang-orang dalam budaya yang berbeda akan memiliki sifat-sifat umum yang berbeda dan cenderung berubah dari waktu ke waktu sebagai standar sosial serta nilai-nilainya juga berubah. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat umum patuh terhadap sosial, lingkungan, dan pengaruh-pengaruh budaya.
Perkembangan Kepribadian
Gordon W. Allport melihat bahwa anak yang baru lahir sebagai individu yang berasal dari keturunan, hanya memiliki  dorongan primitive, dan tingkah laku reflek, tidak memiliki potensi yang akan terpenuhi atau terbentuk pada saat pertumbuhan dan pematangannya. Menurut Allport perkembangan kepribadian manusia akan selalu berubah-ubah seiring berjalannya waktu.
3 Fase perkembangan Allport:
Masa Anak-anak
Usia 0-3 tahun.
Pembangunan kesadarandiri : sense of bodily self (enaktidakenak), perasaan identitas diri berkelanjutan kesadaran sebagai objek yang berkembang. Harga diri atau kebanggaan sebaga iperiode terakhir dimana anak ingin melakukan sesuatu, membuatnya terwujud, dan mengontrol dunianya.
Usia 4-6 tahun.
Perluasan diri dan gambaran diri. Dalam perluasan diri, perasaan keterhubungan dengan orang-orang dan hal yang penting dalam lingkungannya. Relasia anak dan lingkungan tempat dia tumbuh terhubung sangat penting. Muncul perasaan lingkungan tersebut adalah bagian dari dirinya. Gambaran diri; terkait dengan penanaman-penanaman nilai, tanggung jawab moral, intensi, tujuan dan pengetahuan diri yang akanmencolok dalam kepribadiannya kelak.
Usia 6-12 tahun.
Kesadaran diri yaitu pengenalan kemampuan diri mengatasi persoalan-persoalan dengan alasan dan gagasan karena anak bergerak dari lingkungan keluarga ke masyarakat.
Masa Tranformasi Anak- anak
Masa tranformasi anak-anak yaitu pada masa remaja. Propriate striving, pembangunan tujuan dan rencana ke depan: intensi-intensi, long-range purposes, distant  goals. Persoalan utama berkaitan dengan identitas, “apakah saya seorang anak atau dewasa?”.
Masa Dewasa
Menurut  Allport, factor utama tingkah laku orang dewasa yang matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan membimbing tingkah laku menurut prinsip otonomi fungsional. Masa ini sangat menentukan bentuk kepribadian seseorang melalui tingkah laku yang ditunjukkan.
Kriteria Kepribadian yang Matang Menurut Allport
Tujuh kriteria kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
1. Perluasan perasaan diri
ketika orang menjadi matang, dia mengembangkan perhatian-perhatian di luar dirinya. Akan tetapi tidak cukup hanya berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang diluar dirinya seperti pekerjaan. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “partisipan otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha mereka”. Dalam kata lain orang harus berpartisipasi dalam kegiatan.  Semakin orang terlibat sepenuhnya dalam berbagai aktivitas, maka dia akan semakin sehat secara psikologis.
2. Hubungan diri yang hanga/akrab dengan orang lain
Allport membadakan dua macam keakraban dalam hubungan dengan orang lain : kapasitas keintiman (cinta kasih terhadap orang tua, anak, pasangan, dan teman akrab) dan kapasitas untuk perasaan terharu (hungan yang penuh hormat dan menghargai orang lain).
Ada perbedaan antara cinta dari orang-orang yang neurotis dengan hubungan cinta dari kepribadian yang sehat. Orang-orang neurotis harus menerima cinta yang jauh lebih banyak  daripada kemampuan mereka untuk memberikannya. Orang-orang yang berkepribadian sehat memberikan cinta tanpasyarat, tidak melumpuhkan, dan mengikat.
Perasaan terharu adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua orang. Orang-orang yag berkepribadian sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan, penderitaan, ketakutan, dan kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia.
Orang yang berkepribadian matang, sabar terhadap tingkah laku orang ain dan idak mengadili dan menghukumnya. Orang-orang yang berkepribadian matang menerima kelemahan-kelemahan manusia, dan mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan-kelemahan yang sama. Akan tetapi orang-orang yang neurotis tidak sabar dan tidak mampu memahami sifat universal dari pengalaman-pengalaman dasar manusia.
3. Keamanan emosional
Sifat dari kepribadian ini meliputi beberapa kualitas, kualitas utamanya adalah penerimaan diri. Kepribadian yang matang mampu menerima semua segi yang ada dalam diri mereka, termasuk kelemahan dan kekurangan tanpa menyerah secara pasif kepada kelemahan dan kekurangan tersebut.
Kepribadian yang matang juga juga mampu menerima emosi manusia, mereka bukan tawanann dari emosi mereka, dan mereka juga tidak berusaha bersembunyi dibalik emosinya. Orang yang berkepribadian yang matang dapat mengontrol emosi-emosi mereka, sehingga emosi tidak mengganggu aktivitas-aktivitas antarpribadi.
Kualitas lain dari keamanan emosional menurut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Hal ini menunjukkan bagaimana orang bereaksi terhadap tekanan dan hambatan dalam kehidupannya. Orang yang berkepribadian matang dan sehat sabar menghadapi kemundura-kemunduran dalam hidupnya, mereka tidak menyerahkan diri kepada kekecewaan. Kekecewaan tidak dapat melumpuhkan kepribadian yang matang.
4. Presepsi realistis
Orang-orang yang berkepribadian sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaiknya, orang-orang yang neurotis kerapkali harus mengubah realitas supaya membuat sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Orag-orang yang berkepribadian sehat percaya semua orang dan situasi baik menurut suatu prasangaka pribadi terhadap realita. Mereka menerima realita sebagaimana adanya.
5. Keterampilan-keterampilan dan tugas-tugas
Allport menekankan perlunya pekerjaan dan keterlibatan diri didalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan keterampial dan bakat-bakat tertentu pada suatu tingkat kemampuan. Allport mengemukakan bahwa ada kemungkinan orang-orang memiliki keterampilan menjadi neurotis. Akan tetapi tidak mungkin menemukan orang yang berkepribadian sehat dan matang tidak mengarahkan keterampilan mereka pada pekerjaan mereka.
Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikolohis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan-keterampilan.
6. Pemahaman diri
Pengenalan diri yang memadai menuntut pemahaman tentang hubungan/perbedaan antara gambaran diri yang dimiliki seseorang dengan dirinya menurut keadaan yang sesungguhnya. Semakin dekat hubungan antara kedua gagasan ini, maka individu tersebut juga akan semakin matang. Hubungan lain yang penting adalah hubungan antara apa yang dipikirkan seseorang tentang dirinya dan apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Orang yang berkepribadian sehat terbuka terhadap pendapat orang lain dalam menilai dirinya.
7. Filsafat hidup yang mempersatukan
Allport menekankan bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan) adalah sangat penting bagi perkembanga filsata hidp yang mempersatukan. Seorang inividu dapat memilih diantara berbagai nilai-nilai dan nilai itu mungkin berhubungan dengan dirinya sendiri.
Memiliki nilai-nilai yang kuat, jelas memisahkan orang yang berkepribadian sehat dengan orang neurotis. Orang yang berkepribadian sehat memiliki nilai-nilai yang utuh dan bersifat tetap. Niali-nilai yang dimiliki orang berkepribadian sehat bersifat cukup kuat untuk mengikat dan mempersatukan semua segi kehidupan.
Suara hati juga ikut berperan dalam suatu filsafat kehidupan yang mempersatukan. Allport mengemukakan perbedaan suara hati yang matang dan suara hati yang tidak matang atau neurotis. Suara hati yang matang adalah suatu persaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain, dan mungkin berakar dari dalam nilai-nilai agama atau nilai-nilai etis. Sedangkan suara hati yang tidak matang sama seperti suara hati kanak-kanak yang utuh dan mmbudak, penuh dengan pembatasan dan larangan-larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak ke dalam masa dewasa.

Proses Pembentukan Kepribadian
Allport menekankan bahwa pengaruh keberadaan seseorang pada masa sekarang tidak hanya ada di dalam teori kepribadiannya tetapi juga ada dalam pandangan motivasinya. Dia juga menegaskan bahwa kehidupan masa lalu atau masa lampau tidak lagi dapat menjelaskan perilaku seseorang kedepannya, kecuali hanya sebagai motivasi saja. Sehingga Allport hanya terfokus kepada kehidupan individu di masa depan ketimbang dimasa lalu.
Allport menentang teori Freud yang terfokus pada alam bawah sadar seseorang. Menurut Allport proses kognitif seseorang juga memiliki peran penting, yang mana suatu rencana dan tujuan seseorang dibuat secara sadar. Sehingga ia menyimpulkan bahwa kehidupan di masa lalu tidak ada hubungan dan sangkut pautnya dengan kehidupan mendatang dari tiap individu, kehidupan masa lalu itu hanya sebagai motivasi atau dukungan kearah yang lebih baik.
Kemudia Allport juga menjelaskan proses dari kepribadian itu dalam sebuah konsepnya, “functional autonomy”. Konsep ini menjelaskan bahwa motif kematangan, kesehatan emosinal seseorang tidak terhubung secara fungsional kepada pengalamannya di masa lalu sejak ia lahir. Dari konsep tersebut dapat diketahui bahwa Allport berpendapat bahwa motivasi dari tiap individu itu bersifat independent dan tidak terkait atau terhubung dengan hal yang lainnya.
Konsep ini terdiri atas dua level fungsi otonom, yaitu Perseverative functional autonomy dan propriate fuctional autonomy. Preseverative functional autonomy merupakan level yang dasar, berkaitan dengan perilaku seseorang yang sudah menjadi kegiatan rutin, seperti kecanduan atau tindakan fisik yang berulang.
Selain itu, terdapat tiga prinsip pada level proprivate fuctional autonomy, yaitu:
Organizing the energy level, menjelaskan bagimana kita memperoleh motif baru
Masteri and competence, mengacu pada leve yang mana akan kita pilih untuk memuaskan motif.
Propriate patterning, menjelaskan pejuang (usaha) terhadap konsistensi dan integrasi kepribadian.

Psikopatologi
Psikopatologi adalah bidang yang mempelajari patologi / kelainan dari proses kejiwaan. Bagi Allport, pribadi yang sehat dan matang adalah orang yag terus menerus dalam kondisi berubah (becoming), sedang pribadi yang tidak sehat adalah mereka yang perkembangannya berhenti. Allport setuju dengan Freud bahwa perkembangan individu dapat terpenjara sebagai akibat kesalahan hubungan dengan orangtua, khususnya dengan ibunya pada awal masa kanak-kanak . Semua orang membutuhkan keamanan dan perlindungan ,dan kekurangan cinta dan kasih sayang dapat berdampak buruk dan berjangka lama terhadap pertumbuhan .
Untuk mengatasi kekurangan itu, Allport berpendapat orang harus dapat merasa “diterima dan dikehendaki oleh terapis, keluarga dan masyarakatnya”. Orang harus merasa dicintai dan belajar mencintai .Menurutnya,”bentuk terbaikdari terapi adalah memberri cinta dan menerima cinta .”
        Tetapi itu hanya satu sisi dari gambaran manusia dari gambaran manusia . Ada banyak orang yang memilki latarbelakang rasa aman dan cinta ternyata belakangan menjadi neurotik . Walaupunn latar belakang keamanan dan cinta membuat mereka bebas berkembang ,masalah lain muncul merusak . Orang mendapat tekanan untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat normal, dan sering penyesuaian itu menghalangi pertumbuhan yang positif . Ini terjadi karena masyarakat sendiri sedang sakit . Kondisi masyarakat yang penuh ketidakadilan, hipokrit (munafik) perang, perbedaan kelas sosial, adalah potensial berbenturan dengan aspirasi pribadi.
Dampaknya bisa muncul perbatasan perluasan diri , gambaran diri yang menyimpang , lumpuhnya usaha menjadi propiate, dan sikap tidak toleran kepada kelompok lain. Mereka juga menilai dirinya dan tujuan hidupnya berdasarkan nilai-nilai orang lain. Tugas–tugas terapi menurut Allport adalah membantu mereka menyadari sumber-sumber yang melencengkan tujuan hidupnya, dan membantu mereka mencapai kematangan dan kesejahteraan.
Isu –Isu Penting dalam Kepribadian Menurut Gordon Allport
Nature vs Nurture
Isu kedua adalah mengenai nature dan nurture. Isu ini membahas apakah sikap dan sifat kita merupakan suatu warisan genetik atau sesuatu yang telah dipengaruhi oleh lingkungan kita. Dalam isu ini membahas apakah kemampuan, tempramen, dan kecenderungan merupakan suatu sifat yang diwarisi atau terbentuk dari kondisi lingkungan yang kuat tempat dimana kita hidup
Keturunan dan lingkungan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepribadian. Gordon Allport memandang latar belakang genetik berperan penting dan bertanggung jawab untuk hal yang signifikan dari kepribadian itu sendiri. Individu adalah produk dari pembentukan hereditas dan lingkungan. Hereditas menyediakan materi mentah lalu membentuk (berkembang atau berkurang) sesuai kondisi lingkungan. Misalnya kondisi fisik, temperamen.  Temperamen adalah irama emosi. Contohnya bagaimana respon individu terhadap stimulasi juga fluktuasi dan intensitas mood. Persediaan fisik, temperamen dan kecerdasan. Hal tersebut kemudian dibentuk oleh pengalaman dan belajar.
Freewill vs Determinisme
Pertanyaan dasar mengenai sifat manusia dari lahir sampai tua merupakan kontroversi antara freewill dan determinism. Kedua teori ini menanyakan apakah kita sadar bahwa kegiatan yang kita lakukan merupakan bagian dari tindakan kita? Menurut Allport tentang kepribadian, individu diberikan kebebasan dalam memilih apa yang diinginkan untuk menjadi masa depannya, juga mengakui bahwa banyak dari perilaku kita yang ditentukan oleh sifat-sifat dan kecenderungan pribadi. Setelah hal ini terbentuk mereka sulit untuk mengubah.
Growth vs Eqilibrium
Pada equilibrium vs growth Alloport lebih mendukung growth . Allport tidak percaya teori-teori yang lebih tua untuk kepribadian yang memperbolehkan pertumbuhan bagi seseorang. tetapi Allport percaya bahwa teori kepribadian yang memadai harus memungkinkan untuk perilaku proaktif. Orang harus dipandang sebagai sadar bertindak di lingkungan mereka dengan cara yang memungkinkan pertumbuhan menuju kesehatan psikologis.
Past vs Present
Allport percaya bahwa sesuatu didorong oleh pengalaman sekarang bukan nya pengalaman masa lalu. Allport juga percaya itu karena individu memiliki waktu dalam hidup untuk memahami diri sendiri lebih baik dan menyadari apa yang ia lakukan serta mengapa hal itu dilakukan. Allport dengan jelas melihat perilaku yang dihasilkan dari dari individu menjadi reaktif dan proaktif . Ia menemukan bahwa pencipta terjadi karena lingkungan dimana seseorang hidup. Tapi di lain sisi Allport mengatakan bahwa teori-teori yang lebih tua tidak memberikan hasil seperti mengapa satu menjadi termotivasi dan tidak memungkinkan untuk prospek pertumbuhan.
Uniqueness vs Universality
Kita mungkin berpikir kepribadian seseorang tidak sama dengan orang lain. Membuat perbandingan antara satu orang dengan orang lain tidak berarti apa-apa. Menurut Allport, ia memandang individu unik dan berfungsi secara dinamis. Kepribadian tidak bersifat universal, Allport percaya setiap individu memiliki keunikan.

Teori Assesment Allport
Allport menulis tentang teknik penilaian kepribadian yang jarang dikemukakan oleh teori lain. Pada bukunya yang berjudul “Pattern and Growth in Personality (1961)” dia menayatakan  bahwa, meskipun ada banyak teori tentang pendekatan, namun tidak ada satupunteori yang benar-benar bagus. Kepribadian itu sangatlah komplek atau bisa dikatakan rumit dan sanagt susah untuk di evaluasi, kita memerlukan banyak teknik yang sah. Ia juga menyatakan ada 11 metode pokok utamanya, yaitu :
Constitutional and physiological diagnosis
Cultural setting, membership, and role
Personal document and case studies
Self –appraisal
Conduct analysis
Ratings
Tets and scales
Projective techniques
Depth analysis
Expressive behavior
Synoptic procedures
Allport mengandalkan pada teknik “personal-document dan Study od Values”. Dia juga mengobservasi tentang  “Expressive behavior”.
The Personal-Document Technique
Teknik dokumen pribadi ini adalah sebuah tehnik dari penilaian kepribadian yang melibatkan sebuah penelitian dari orang-orang atau direkam percakapannya. Tehnik dokumen pribadi ini berasal dari hal seperti buku diari, biografi, surat atau sampel dari orang lain yang dituliskan atau direkam untuk menentukan macam-macam dari kepribadiannya masing-masing.
Kasus Allport yang paling terkenal adalah analisis tentang koleksi 300 surat yang di tulis dalan kurun waktu 12 tahun yang di buat oleh wanita di usia pertengahan, yang diketahui bernama Jenny (Allport, 1965,1966) dan itu mengungkapkan bahwa Jenny adalah ibu dari teman sekamar Allport di kampusnya, dan surat itu telah ditulis kepada Allport dan isrinya.(Winter.1993a)
Di teknik Allport, sebuah kelompok akan membaca suatu riwayat hidup atau biografi lalu mereka merekam ciri yang ditemukan di dalamnya, dan diberi sebuah penjelasan dari apa yang mereka tentukan itu. Penilaian dapat dikelompokkan ke dalam kategori yang lebih kecil. Dalam penelitiannya dengan surat Jenny, terdapat 36 penguji yang menemukan 200 sifat, tetapi banyak yang bersinonim lalu Allport dapat membaginya ke delapan kategori.
Salah satu siswa Allport melakukan analisis surat dengan komputer untuk menemukan kategori dalam kata yang mungkin menandai adanya ciri tertentu. Untuk contoh, kata pernyataan marah, amukan permusuhan, dan penyerangan adalah sebuah kode ciri dari agresi. Analisa pada komputer delapan ciri terkemuka di dalam kepribadian Jenny yang menyerupai kategori yang diketahui Allport, oleh karena itu disimpulkan penilaian kepribadian menghasilkan informasi pada ciri yang dapat dibandingkan dengan objek lain pada analisis komputer.
The Study of  Values
Allport dan rekan dalam tes penilaian pengembangan laporan diri obyektif yang disebut dengan “the Study of Values ( Allport, Vernon, & Lindzey, 1960) . Mereka mengusulkan bahwa nilai pribadi adalah dasar dari filosofi kehidupan. Allport percaya bahwa semua orang mimiliki tingkatan nilai masing-masing, tetapi ada satu atau lebih yang menjadi dominan pada dirinya. Kategori dari nilai-nilai tersebut adalah:
Theoretical Values yang memiliki kaitan dengan penemuan kebenaran dan ditandai dengan pendekatan empiris, intelektual dan masuk akal.
Economic Values memiliki kaitan dengan praktis dan yang beramanfaat.
Aesthetic Values berhubungan dengan pengalaman artistik dan untuk membentuk keselarasan.
Social Values mencerminkan hubungan dengan manusia, mengutamakan orang lain dan kedamaian.
Political Values berhadapan dengan kekuasaan pribadi dan gengsi dalam semua usaha, tidak hanya dalam kegiatan politik.
Religious Values berkaitan dengan batin  dan pada alam semesta secara keseluruhan.

Research on Allport’s Theory
Allport mengkritik Psikolog yang bersikeras dalam metode percobaan dan korelasi, karena kita hanya menggunakan metode pendekatan yang sah dalam pembelajaran kepribadian ini. Ia berpendapat bahwa tidak semua aspek kepribadian harus dilakukan test. Lagi pula, Psikolog harus terbuka dan eklektik dalam metodolognya.

Research in Allport’s Theory: Expressive Behavior
Allport sudah cukup dalam melakukan percobaannya yang dinamakan “Expressive Behavior”. Teknik proyeksi bersifat seperti tes apperception dan tes rorschach yang dapat menyajikan suatu gambar yang menyangkut kepribadian yang normal, karena mereka berhadapan dengan kekuatan ketidak sadaran dan hanya memberi sedikit efek pada kepribadian orang dewasa. Allport mengusulkan informasi yang sederhana  dan dapat dipercaya yang diperoleh dengan cara menanyai diri mereka agar mereka dapat menguraikan tentang diri mereka atau sifat-sifatnya.
Allport memberi pendekatan indiografik, yaitu studi kasus pada invidu yang ditandai oleh digunakanya dokumen pribadi individu. Prilaku ekspresif (expressive behavior) merupakan prilaku yang tampak dengan spontan dan tanpa maksud, biasanya ditunjukkan tanpa kesadaran. Menghadapi prilaku (coping behavior) merupakan prilaku yang direncanakan dan ditentukan oleh kebutuhan oleh situasi yang ditentukan dan dirancang untuk suatu tujuan yang spesifik, yang pada umumnya untuk menyempurnakan suatu perubahan dalam lingkungan seseorang.
Beberapa dekade lalu telah ada penelitian yang bersifat percobaan teoritis yang menggambarkan prilaku ekspresif yang berkenan dengan suara. Riset ini telah menunjukkan kepribadian dari vokal, modulasi suara dan isyarat idiosyncratic yang mengungkapkan ciri dari kepribadian. Ada pertanyaan yang menyangkut ekspresi. Apakah ungkapan yang sama menunjukkan kepribadian yang sama dari satu orang ke orang lain?  Studi Amerika mengatakan bahwa beberapa emosi dasar ungkapkan emosi dasar yang sama. Studi yang membandingkan guratan ekspresi dari Amerika, Cina dan Jepang yang mencapai suatu kesimpulan yang berbeda. Bayi dari Cina menunjukkan sedikit variasi pada ekspresinya dibanding Amerika dan Jepang.
Reflection of Allport’s Theory
Meskipun penelitian tekah dilakukan tentang perilaku ekspresif, teori yang dikemukakan Allport secara keseluruhan telah mendorong penelitian kecil untuk menguji proporsi dari teorinya tersebut. Pendekatan penelitian idiographicnya berlawanan dengan arus utama pemikiran di psikologi kontemporer. Fokus Allport pada emosional orang dewasa yang sehat juga berbeda dengan posisi tersebut, di psikologi klinis  yang berurusan dengan neurotik dan psikotik.
Banyak psikolog yang mengalami kesulitan untuk menerima diskontinuitas yang diusulkan Allport antara anak dan dewasa, hewan dan manusia, normal dan abnormal. Mereka menunjukkan penelitian yang pada perilaku anak-anak, hewan, dan pelajaran emosional telah menghasilkan pengetahuan yang cukup tentang fungsi dari, dewasa sehat secara emosional normal.
Teori Allport telah dikritik dengan alasan bahwa masih terjadi kesulitan untuk menguji empiris konsep-konsep seperti otonomi fungsional. Fokus Allport pada keunikan kepribadian dan pada diskontinuitas antara kepribadian anak dan dewasa juga telah dipertanyakan.























BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Allport adalah salah satu teoritis yang benar tentang banyak hal dan mampu melampaui zamannya. Teorinya adalah salah satu teori humanistic paling awal dan berpengaruh besar pada teoritikus-teoritikus besar lainnya.

Namun kelemahan teorinya adalah penggunaan sifat yang menyebabkan tidak terimanya dia di kalangan behavioris, yang memang tidak mau mengkaji apa pengertian dasar yang diberikan Allport pada kata ini.

Tapi itulah kelemahan psiologi secara umum dan terutama psikologi kepribadian. Mengabaikan masa lalu dan penelitian-penelitian orang lain.

Saran
Adapun makalah ini yang kami buat, kami sadari kurang dari kata sempurna, jadi sangat diharapkan adanya masukan berupa saran dan kritik agar tulisan ini menjadi lebih baik lagi dan lebih bermanfaat.

















DAFTAR PUSTAKA
Schultz, D. P and Schultz, S. E. 2005. Theories of Personality, Ninth Edition. ICC Macmillan Inc: United States of America.
Drs. Suryabrata, B.A, M.A, Ed.S, Ph.D. 2010. PsikologiKepribadian. Jakarta: Rajawali Pers.
Lindzey,Gardner and Hall, Calvin. 1985. Introduction to Theories of Personality. New York: John Wiley&Sons,Inc.